Wednesday, December 16, 2015

Aku Ini Apa...

     Aku ini seorang bajingan, yang tak tau harus memulai darimana untuk memperbaiki hidupku. Aku.. bingung, aku tak tahu aku harus mengawali niat ku darimana. Dulu.. ketika aku duduk dibangku SD ketika itu aku kelas 6 SD, aku selalu saja memimpikan kehidupan yang lebih baik dari teman-temanku. Dulu.. aku seorang anak kecil yang lugu,polos,cupu,kuper semua aku alami dulu ketika aku SD. Dan ketika SD aku punya keinginan dan cita-cita untuk menjadi seorang "Atlit" bulutangkis professional. Aku meminta kepada kedua orangtuaku agar aku di masukkan ke PB Gor Merah Putih yang ada di daerah Binong, tapi.. permintaan aku tidak di gubris sedikit pun oleh kedua orangtuaku. Mereka hanya ingin aku menjadi seorang ustad dan guru ngaji.

    Waktu pun berlalu, dan seketika cita-cita ku yang menurutku akan berbuah manis itu kian sirna di makan waktu. Cita-citaku berubah ingin menjadi seorang "ustad" seperti apa yang di inginkan kedua orangtuaku. Ketika itu, aku telah melewati Ujian Nasional sekolah dasar, dan lulus dengan nilai cukup memuaskan yaitu 24,35. Setelah itu aku berkata kepada kedua orangtua ku, Mah.. Pah.. aku sekarang sudah lulus dari sekolah dasar, bolehkah aku untuk menuntut ilmu di Pondok Pesantren? Tapi.. lagi lagi keinginan ku yang sudah 100% matang itu tidak di gubris oleh kedua orangtua ku dengan alasan aku masih belum cukup umur untuk hidup mandiri.

    Kemudian, aku di daftarkan di SMP Negri 1 Kelapa Dua (nama sekarang). Hari pertama masuk SMP aku merasa terpaksa karena keinginan aku waktu itu masih ingin menuntut ilmu di Pondok Pesantren. Waktu terus berjalan dan hari pun terus berganti, aku merasa nyaman bersekolah di SMP yang tidak pernah aku inginkan. Disana.. aku menemukan 4 sahabat mereka bernama : Dimas Nalda,Iman Nurhaq, M.Imam Firdaus. mereka adalah sahabat yang bisa di bilang bajingan.. karena mereka tidak pernah mengajarkan ku kebaikan, tapi aku bangga bisa kenal mereka. Karena mereka adalah sahabat yang selalu memberikan support, memberikan senyuman, memberikan semangat kepada ku ketika aku merasa sedih dan putus asa dengan semua cita-cita ku yang telah di patahkan oleh kedua orangtua ku. Bagiku mereka cahaya penerang dalam kegelapan semangatku. 

   Waktu terus berganti, ketika aku duduk di bangku kelas 2 SMP aku menemukan guru yang aku anggap sebagai ibu kedua ku dulu, nama beliau adalah ibu Nur Fauziah. Dia mengajar pelajaran Agama Islam, ketika aku ada masalah dalam agama islam aku terus bertanya kepada beliau, sesekali aku bertanya "Bu, apakah orangtua ku bisa seperti ibu ya? Yang selalu memberikan aku pencerahan dan semangat untuk ku menuntut pendidikan dan ilmu di Pondok Pesantren." Dan beliau menjawab dengan lembutnya : "Orangtua mu itu sebenernya sayang sama kamu nak, mereka tidak mau terjadi apa-apa pada dirimu ketika kamu mencoba hidup mandiri tapi umur mu masih SMP. Sejak saat itu aku berfikir, bahwa tidak ada orangtua yang tidak sayang kepada anaknya, ketika orangtua marah kepada mu setelah dia marah pasti orangtua mu akan merasa menyesal telah memarahi mu walau hati mu terlanjut sakit oleh kata-kata yang keluar dari bibir orangtuamu. Tapi ingatlah kasih sayang orangtua mu tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapa pun.

   Aku terus tumbuh dewasa dan mulai untuk menata diri dengan mandiri. Setelah aku lulus SMP dengan semua pergaulan yang pernah aku rasakan, dan pernah aku lihat yang aku anggap , aku SMP adalah aku yang seperti sampah yang tidak ada gunanya. Aku terlalu gampang terhasut oleh pergaulan bebas yang membuatku "pintar merokok, pintar berbohong, pintar merasakan pahitnya alkohol, pintar merasakan kerasnya pergaulan bebas." Tapi.. karena ke pintaran ku.. akhirnya aku di sekolahkan di Pondok Pesantren yang bernama Assidiqiyyah Islamic College 2 (AIC 2). Yang bertempat di daerah Batu Ceper perbatasan antara Tangerang dan Jakarta. Hari pertama aku merasakan senang yang luar biasa bisa masuk dan bisa menuntut ilmu di pondok pesantren, aku merasakan indahnya surga dunia yang sesungguhnya ketika awal aku masuk pesantren. 

   Tapi.. menurutku semua terlambat karena aku sudah kenal yang namanya "pergaulan bebas dunia luar." sehingga saat aku lima bulan di pesantren aku merasakan jenuh yang tidak tertahankan. Aku merasakan kalau dunia pesantren itu kejam, dunia pesantren itu tidak bebas dan penuh peraturan, dunia pesantren itu tidak cocok dengan diriku. Dan ketika umur ku di pesantren tujuh bulan, aku pun memilih untuk keluar dari pesantren yang tanggapan awal ku dunia pesantren tidak membuat ku nyaman. Setelah aku keluar dari pondok pesantren aku baru menyesal dan sampai sekarang aku tidak tau mau hidup menjadi apa, dan tujuan hidupku semua lenyap. Aku tersesat di jalan gelap tanpa cahaya, aku hilang arah aku tak tau aku harus memilih arah kemana karena jalan hidupku sekarang gelap tanpa cahaya.

No comments:

Post a Comment

Silahkan beri komentar anda dan usahakan komentar yang menggunakan kata yang baik ya sobat :-)

Subscribe

Flickr